Kecerdasan komunikasi penting untuk karyawan

(Dok Pribadi - Ilustrasi)
Kecerdasan komunikasi penting untuk karyawan, baik untuk promosi prestasi maupun untuk hubungan yang harmonis antara karyawan yang selevel, bawahan, maupun posisi yang lebih tinggi. Dalam artikel kali ini saya akan menceritakan kasus yang berkaitan dengan kecerdasan komunikasi yang tidak dimiliki oleh seseorang sehingga mengakibatkan hal hal yang tidak diinginkan dan mengganggu proses kinerja di perusahaan. Kasus ini terjadi di perusahaan yang sedang dalam perkembangan. Jadi mungkin tidak akan terjadi pada perusahaan perusahaan besar. Meski demikian kita bisa ambil pelajaran dari efek negative ketidakcerdasan dalam hal komunikasi. Begini ceritanya. Suatu hari seorang karyawan yang berpangkat Supervisor dan mestinnya berada di bagian produksi, tiba tiba nyelonong masuk ke dapur kantin yang digunakan untuk menyediakan konsumsi karyawan yang berjumlah sekitar 150 orang. Tanpa ada hujan tanpa ada angina, tiba tiba saja Supervisor ini ngomel ngomel tentang juru masak yang baru saja bertugas sementara karena juru masak utama berhalangan kerja dalam waktu beberapa minggu. Supervisor ini ngomel bahwa si juru masak ini tidak melakukan pekerjaanya dengan benar. Sehingga ada sebagian karyawan yang dengan posisi tertentu sering tidak kebagian makanan. Menurut supervisor ini, adanya karyawan dengan pangkat tertentu ini yang tidak kebagian makanan, karena juru masak tidak memisahkan jatah makanan untuk karyawan dengan pangkat tertentu. Padahal secara tertulis tidak ada pemisahan makanan itu. Dan dari waktu waktu juga tidak ada tradisi memisaahkan makanan untuk karyawan dengan pangkat tertentu. Yang ada selama ini, adalah tradisi dimana karyawan dengan pangkat tertentu ini bisa lebih awal untuk mengambil makananya karena mereka pekerjaanya tidak di bagian operator produksi. Jadi punya waktu lebih awal untuk mengambil jatah makanan. Dengan tradisi dan kondisi seperti itulah kenapa juru masak dari waktu ke waktu memang tidak pernah memisahkan makanan. Tapi, si supervisor ini justru ngmong sebaliknya. Dan ngomelnya ini di depan banyak karyawan. Celakannya, si supervisor ini tidak tahu, bahwa di belakangnya ini sang juru masak mendengarkan sejak awal omelannya ini. Bisa dibayangkan…betapa malunya sang juru masak ini. Karena tidak tahan, akhirnya sang juru masak sementara ini menampakan diri. Seketika itu, sang supervisor ini diam, dan karyawan yang lain juga diam. Nampaknya semua yang ada di situ paham betul kalau omelan supervisor ini di dengar sang juru masak sejak awal. Sehingga semuanya membubarkan diri. Karena jengkel akhirnya sang juru masak sementara ini, hari itu tidak izin tidak masuk kerja. Akhirnya yang memasak terpaksa dicarikan orang lain. Imbasnya, kinerja dapur kantin menjadi terganggu antara lain, peralatan dapur yang tidak kembali kepada tempatnya semula, peralatan dapur yang tidak dibersihkan sesudah masak dll. Intinya, jangan asala bicara tanpa lihat situasi dan kondisi, dan jangan asala bicara serta lihat siapa yang anda ajak bicara.

Dari contoh kasus ini bisa kita lihat betapa pengaruh atau efek negative dari karyawan yang tidak memiliki kecerdasan komunikasi. Dalam kecerdasan komunikasi mengisyaratkan beberapa hal. Diantaranya kapan kita bicara, apa yang kita bicarakan, dan dengan siapa kita bicara, yang paling dan sangat penting adalah apakah komunikasi kita atau pembicaraan kita akan membawa dampak positif atau negative.  Kita akan lihat satu persatu. Pertama tentang kapan kita bicara. Ini menuntut waktu yang tepat untuk berbicara. Seseorang yang punya kecerdasan komunikasi tidak akan sembarang waktu berbicara. Dia akan melihat waktu yang tepat untuk berbicara. Kalua boss sedang marah marah, maka harus cerdas cerdas memilih bahan komunikasi. Cari bahan komunikasi yang menurunkan tensi boss atau bahan yang bisa menyejukan hati boss. Kalua boss sudah tenang dan gembira, maka saatnya menyampaikan usulan usulan yang inovatif dan berorientasi masa depan perusahaan. Kalau salah memilih waktu, maka anda sendiri yang akan sakit hati, dan bisa juga karyawan lainnya yang hanya mendengarkan juga ikut sakit hati. Karena itu, kecerdasan komunikasi penting untuk karyawan. Lanjut kita kupas yang kedua tentang apa yang kita bicarakan atau bahan bicara kita. Bahan bicara kita haruslah valid berdasarkan data dan jangan mengada ada. Kalau memang tidak ada bahan pembicaraan, ya sebaiknya tidak perlu bicara. Jangan menambahi dan mengurangi pembicaraan orang lain yang anda kutip. Karena ini akan jadi fitnah yang sangat berbahaya untuk orang lain dan untuk anda sendiri. Untuk orang lain yang terkena fitnah, akan sangat kasihan karena jadi jelek di mata orang lain. Sedangkan fitnah juga yang berbahaya untuk anda sendiri, karena akan melenyapkan pahala baik anda yang anda kumpulkan selama ini untuk tabungan akhirat anda. Ibarat api yang memakan kayu, cepat habis pahala anda.

Yang ketiga tentang dengan siapa kita berbicara. Karyawan yang punya kecerdasan komunikasi akan melihat terlebih dahulu audience yang sedang diajak bicara. Apakah orang yang selevel, atau dibawah levelnya atau di atas levelnya. Karena audience atau dengan siapa kita bicara, akan sangat menentukan gaya komunikasi kita, bahan bahan apa saja yang bisa kita bicarakan dengan mereka. Karena tidak semua materi pembicaraan atau komunikasi cocok untuk semua level. Jadi pasangan bicara kita juga sangat menentukan komunikasi kita. Yang keempat adalah dampak dari komunikasi yang kita buat. Orang atau karyawan yang punya kecerdasan komunikasi hanya punya satu pilihan. Yaitu hanya dampak positif. Artinya, komunikasi atau pembicaraan yang dibuat haruslah dan wajib punya dampak yang baik atau positif. Selama tidak ada dampak positif atau bahkan dampaknya negative/jelek, maka tidak perlu dibuat suatu pembicaraan atau komunikasi. Jadi sampai disini menjadi sangat jelas bahwa kecerdasan komunikasi penting untuk karyawan.

Popular posts from this blog

Cara memimpin Briefing Pagi dan sore di kantor.

Formal Public Speaking, Non Formal Public Speaking (Ayo belajar Public Speaking Episode 4)

Regenerasi Karyawan dalam Perusahaan.