Mirna – Jessica (Apapun Motifnya, Haruskah Membunuh….?)

Mirna – Jessica (Apapun Motifnya, Haruskah Membunuh….?  Sampai saat ini motif pembunuhan terhadap Mirna memang masih belum diketahui secara pasti. Memang banyak beredar berbagai dugaan motif pembunuhan terhadap mirna. Misalnya motif asmara dll. Tapi sampai saat ini, itu semua masih dugaan. Karena kebenaran motif  pembunuhan terhadap mirna baru akan diketahui di dalam persidangan dari pengakuan tersangka. Jadi, seperti judul postingan ini, Apapun motifnya, haruskah membunuh seseorang….? Kenapa pertanyaan ini harus Cak Motivator munculkan. Karena Cak Motivator ingin mengajak pembaca untuk mengetahui, sebenarnya banyak alternative penyelesaian masalah. Apapun masalahnya. Dengan postingan ini sekaligus, kita akan melihat juga bagaimana cara kita mendapatkan alternative alternative penyelesaian tiap masalah yang kita hadapi.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa yang sebenarnya terjadi dalam diri seseorang yang menjadi pelaku pembunuhan?. Pada waktu saya masih  menjadi seorang broadcaster, saya pernah dialog dengan seorang psikolog klinis senior  dari Universitas Widya Mandala bapak Marcelinus Utomo. Beliau menyebutkan, ketika seseorang itu sedang menghadapi masalah yang cukup berat kemudian sampai stress dan depresi karena tidak menemukan jalan keluar (Padahal setiap masalah pasti ada jalan keluarnya), biasanya akan muncul sikap destroyer atau penghancuran. Sikap penghancuran ini ada dua macam. Internal dan External. Internal artinya ada keinginan untuk menghancurkan diri sendiri atau hal hal yang menjadi miliknya, termasuk bunuh diri. Sedangkan external artinya ada keinginan untuk menghancurkan sesuatu yang ada di luar dirinya, termasuk membunuh orang lain. Nah yang terjadi pada Jessica (kalau memang benar Jessica yang membunuh, karena masih harus dibuktikan di pengadilan nanti), adalah keinginan untuk menghancurkan yang ada di luar dirinya/menghancurkan atau membunuh orang lain.

Mengapa harus ada hasrat atau keinginan menghancurkan?
Ketika seseorang sudah gelap mata, dan hanya melihat satu jalan keluar yang hanya berupa penghancuran ini menunjukan kurangnya referensi seseorang dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Contoh :
Si A : Si A dalam menyelesaikan masalah memiliki 10 alternative penyelesaian masalah.
Si B : Si B dalam menyelesaikan masalah hanya memiliki 3 alternative penyelesaian masalah.
Seperti halnya memilih jalur lalu lintas dari Surabaya ke Jakarta. Ada sopir yang punya 9 jalan alternative yang dipilih untuk sampai di Jakarta. Sementara si B hanya mengetahui 3 saja jalan alternative yang dipilih untuk sampai ke Jakarta. Nah… ketika seseorang sudah kehabisan referensi atau alternative penyelesaian masalah, maka yang terjadi adalah gelap mata, stress and depresi. Selanjutnya seperti uraian di atas, muncul hasrat untuk menghancurkan.

Antisipasi
Yang paling penting dalam pembahasan kali ini adalah bagaimana kita bisa mengantisipasi munculnya hasrat penghancuran itu, ketika kita dalam masalah yang cukup berat. Tentu saja caranya adalah memperbanyak referensi kita. Supaya punya banyak alternative penyelesaian masalah. Caranya :

Pertama, membaca buku. Buku adalah jendela informasi. Dengan semakin banyak buku yang kita baca, maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapatkan. Artinya semakin banyak pula alternative-alternative penyelesaian masalah yang  kita hadapi.
Kedua, membaca peristiwa dan kejadian. Dengan seringnya kita mengikuti banyak peristiwa dan kejadian di sekitar kita, maka kita juga akan mengetahui bagaimana seseorang terlibat dalam sebuah masalah, kemudian menyelesaikanya. Tips membaca peristiwa : ikuti peristiwa peristiwa yang   bermanfaat posiitif  untuk menambah pengetahuan kita.
Ketiga, memperbanyak teman dengan variasi komunikasi. Dengan memperbanyak teman dan variasi komunikasi, maka pikiran kita akan terbuka. Saat ini, banyak sekali cara mencari teman dan sahabat. Komunitas di dunia maya maupun komunitas di sekitar lingkungan kita secara langsung, cukup banyak yang bisa kita manfaatkan.
Keempat curhat ke tempat atau orang yang tepat. Bisa ke pemuka agama atau psikolog, psikiater. Jangan curhat pada sembarangan orang, karena justru akan menimbulkan masalah baru lagi. Sekali lagi, curhat pada orang yang tepat dan benar.
Kelima dan yang paling penting, berserah diri pada sang pencipta. Yakinlah bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik. Karena itu, kita juga harus melakukan yang terbaik, bukan melakukan penghancuran atau perusakan.
Semoga dengan postingan cak motivator Indonesia, bisa menambah referensi kita dalam menyelesaikan masalah.

Salam

(Agung Kurniawan Muhammad – Cak Motivator Indonesia – Konsultan HRD)

Popular posts from this blog

Cara memimpin Briefing Pagi dan sore di kantor.

Formal Public Speaking, Non Formal Public Speaking (Ayo belajar Public Speaking Episode 4)

Sosialisasi dan internalisasi Visi dan Misi Perusahaan ke Karyawan