Dewi Ade Dewi dan status facebooknya pada Pasien BPJS

Dewi Ade Dewi dan status facebooknya pada Pasien BPJS, dalam beberapa hari terakhir ini menjadi pembicaraan para netizen di dunia maya. Wajar saja para netizen membicarakanya, karena para netizen berpendapat, status Dewi Ade Dewi di account Facebooknya sangat tidak pantas untuk seorang petugas medis di sebuah lembaga pelayanan medic/kesehatan. Status facebook Dewi Ade Dewi bunyinya seperti ini, “ lama lama di sini gw bisa hipertensiii ngadepin pasien BPJS….bayar ga seberapa tapi maunya pelayanan eksekutif……”. Begitulah penggalan dari status akun Dewi Ade Dewi. Kali ini Cak Motivator Indonesia akan mengajak anda untuk melihat dari berbagai sudut pandang, baik dari sisi HRD maupun nilai diri.

Seorang netizen mengomentari status Dewi Ade Dewi dengan meminta supaya atasannya memberikan SP3… he he he. SP3 khan artinya pemutusan hubungan kerja. Mantab… Permasalahan seperti ini memang sangat sensitive, apalagi sampai diunggah di dunia maya.

Status Dewi Ade Dewi dari sudut pandang HRD
Administrasi. Dari sudut pandang kaca mata CakMotivator Indonesia sebagai HRD, tentu apa yang dilakukan Dewi Ade Dewi dengan mengunggah status seperti itu memberikan suatu posisi yang berbahaya untuk lembaga/perusahaan. Apapun perilakunya, kalau itu membahayakan perusahaan, tentu saja layak mendapat SP (Surat peringatan) atau SC (Surat Cinta he he he istilah saya untuk SP di perusahaan klien saya). Tinggal HRD mengukur, seberapa tinggi bahaya untuk perusahaan yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut. Kalau memang benar-benar sangat berbahaya, ya bisa saja SP3 seperti koment netizen di status Dewi Ade Dewi.

Attitude. Dipandang dari sisi Attitude status Dewi Ade Dewi tentu saja kita bisa langsung menilai, ahhh attitudenya Dewi Ade Dewi tidak bagus. Atau bisa juga kita menilai, bisa jadi Dewi Ade Dewi khilaf  karena capek menghadapi pasien yang begitu banyak. Dll. Terlepas dari itu semua dan alasan apapun yang melatar belakangi, ini akan sangat mempengaruhi penilaian attitude sang karyawan tersebut. Padahal semua orang tahu bahwa attitude itu segalanya. Cak Motivator pribadi kalau diminta memilih 2 karyawan, antara yang punya attitude bagus tapi skill masih kurang dan yang skill sudah cukup bagus tapi attitudenya tidak bagus, maka saya langsung memilih yang Attitude bagus tapi skill kurang. Kenapa? Karena skill itu bisa dipelajari. Jadi dengan modal Attitude bagus maka karyawan akan mau belajar. Wong Attitude bagus  koq. Nah kalau Attitude jelek skill bagus, bisa dipastikan, karyawan ini akan bikin masalah terus di perusahaan.

Seleksi awal. Dewi Ade Dewi dengan statusnya yang semacam itu sebenarnya bisa diditeksi lebih awal dengan seleksi. Ya… meskipun tidak jaminan 100% semua karyawan tidak akan melakukan kesalahan seperti Dewi Ade Dewi. Di dalam seleksi awal ada tes Psikologi yang bisa melihat seseorang calon karyawan  sangat tahan tekanan atau tidak. Nah.. tentu orang HRD akan memilih mereka yang sangat kuat terhadap tekanan. Tapi kadang-kadang tidak semua perusahaan menerapkan tes ini. kadang hanya sebagian saja. Karena itu, memang sangat disarankan setap perusahaan melakukan psikotes dengan berbagai kelengkapan alat test seleksi.

Status Dewi Ade Dewi dari sudut pandang komunikasi.
Dalam setiap bidang pekerjaan apapun, apalagi yang terkait dengan pelayanan masyarakat atau customer service tentu akan sering mengalami tekanan psikologi. Sangat sering mereka ini menjadi bahan omelan/tempat berkeluh kesah dan yang lebih buruk tempat marah-marah customer atau pelanggan. Ya wajar….. Bahkan pada waktu saya masih sebagai broadcast, ada seorang mahasiswa psikologi yang melakukan survey terhadap karyawan yang ada di garis depan pelayanan terhadap masayarakat. Hasilnya mengagetkan saya. Karena hasilnya menytakan “mereka ini yang ada di garis depan pelayanan seharusnya sudah pada tingkat stress, karena melihat indicator dari cara konsumen mengadu. Konsumen yang mengadu ini tidak bisa membedakan cara menyampaikan data permasalahan dan marah, sehingga yang terjadi banyak yang langsung marah-marah”. Begitu hasilnya. Tapi apa kata sang Direktur. “ya ga apa apa, khan gaji yang diterima oleh mereka 1 bulan itu diantaranya juga memang untuk diomel omeli masyarakat he he he” katanya bercanda. Ya menurut saya, ada benarnya. Jadi untuk anda yang ada di garis depan pelayanan masyarakat/customer service, harap diperhatikan bahwa gaji anda itu sebagian memang untuk membayar anda yang diomeli masyarakat he he he.

Status Dewi Ade Dewi dari sudut pandang kesaadaran berMedia Sosial.
Kita semua sangat familiar dengan berbagai bentuk media social, bahkan hari hari kita tidak luput dari media social. Tapi yang terpenting, adalah kesadaran kita dalam menggunakan media social. Artinya dalam setiap menulis atau mengupdate status kita harus berpikir apa dampak dari tulisan atau status kita di media social. Karena Media Sosial ini bagian dari IT. Dan itu ada undang undang yang mengaturnya. Kalau kita melanggar aturan itu, maka kita bisa kena sangsi. Kalau pelanggarannya pada sisi moral, ya masyarakat juga akan member sangsi moral. Tapi ingat, sangsi moral ini bisa menggiring kita mendapat sangsi formal dari perusahaan atau institusi dan lembaga.  

Nahhhh mudah mudahan postingan kali ini bisa bermanfaat untuk membangkitkan kesadaran kita dalam bermedia social di dunia maya.
Salam


(Agung Kurniawan Muhammad – Cak Motivator Indonesia – Konsultan HRD)

Popular posts from this blog

Cara memimpin Briefing Pagi dan sore di kantor.

Formal Public Speaking, Non Formal Public Speaking (Ayo belajar Public Speaking Episode 4)

Sosialisasi dan internalisasi Visi dan Misi Perusahaan ke Karyawan