Banyu Biru (dari Intelijen ke Logika sampai filsafat).
Banyu Biru (dari Intelijen ke Logika
sampai filsafat). Beberapa hari terakhir ini, media Indonesia memberi
perhatian terhadap sikap Banyu Biru yang mengunggah Surat Keputusan
pengangkatan dirinya sebagai intelijen anggota BIN. Tentu saja ini menuai
kritik dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa sampai anggota DPR.
Ada yang mengatakan alay sampai mengatakan tidak professional dll. CakMotivator Indonesia akan mengajak anda melihat-lihat beberapa referensi untuk
membedah peristiwa ini.
Sesuai
dengan judul artikel di atas, Banyu Biru dari intelijen ke logika terbalik
sampai pandangan filsafat dengan teori fenemona dan nomena yang dikembangkan
oleh filsuf moralis german Imanuel Kant. Segera kita mulai :
Pertama,
Intelijen. Kita semua pasti tahu bahwa untuk menjadi anggota intelijen BIN
tentu bukanlah orang pada umunya. Tentu ada criteria criteria dasar yang harus
dipenuhi seseorang. Jadi bukanlah orang yang tidak pintar yang menjadi anggota
BIN. Minimal logika dasarnya jalan dengan baik. Dengan demikian, anggota BIN
bukanlah orang bodoh. Sebut saja banyu Biru, kuliahnya saja di inggris tempat
agen 007 bermarkas, he he he cocok kan????, Banyu Biru juga pengusaha (pasti
logikanya sangat main, tidak lagi logika dasar tapi sudah logika lanjutan atau
mungkin sudah advance, juga pasti bisa menghitung untung rugi wong pengusaha
koq). Jadi kalau Banyu Biru kemudian mengunggah Surat Pengangkatanya sebagai intelijen
anggota BIN di media social tentu sudah dihitung dengan masak-masak oleh banyu
biru. Pasti juga banyu biru tahu resiko seorang anggota BIN membuka jati
dirinya, apalagi dengan membuka Surat pengangkatanya. So, banyu biru pasti
punya alasan kuat melakukan itu, bukan alay (seperti yang disebut-sebut
netizen) juga bukan bodoh, Banyu Biru orang pintar.
Kedua,
logika terbalik. Sangat banyak dalam kehidupan kita ini berjalan berdasarkan
logika. Karena pentingnya sebuah logika, makanya sampai ada mata pelajaran
logika he he he. Di dalam logika banyak yang kita pelajari. Ada juga logika
terbalik. Berdasarkan premis bahwa Banyu Biru orang pintar, maka tentu Banyu
Biru juga pintar bermain logika. Dengan peristiwa terbukanya jati diri Banyu
Biru sebagai anggota intelijen BIN, maka logika lurus juga logika masyarakat
awan menyebutkan “Banyu Biru Dipecat”. Tapi dengan logika terbalik kita bisa
berpendapat “Sebelum Banyu Biru Mengupload SK pengangkatan anggota BIN di media
social, bisa jadi jati diri Banyu Biru sudah terungkap. Nah… untuk itu perlu
publikasi pemecetan Banyu Biru. Tapi khan selama ini, tidak pernah ada
PHK/Pemecatan anggota BIN. Karena itu dipakai strategi Media social”. Lantas
logika terbaliknya apa? Ini logika terbaliknya “karena BIN sudah memecat Banyu
Biru sebagai intelijen, maka orang yang dimata –matai banyu biru bisa sedikit
lega, karena bayu biru sudah dipecat dan tidak akan memata matai lagi. Padahal
di sisi lain BIN masih membutuhkan Banyu Biru. Dan kisah yang sebenarnya yang
sangat mungkin adalah banyu biru tetap masih menjadi intelijen anggota BIN”. Seperti
di film Mission Imposible. Kasih yang dimau musuh kita dengan sesuatu yang
palsu, baru kemudian dengan mudah kita menjeratnya. Ini mungkin sekuel James
Bond atau Mision Imposible versi Indonesia he he he.
Ketiga
adalah intelijen kontra public opinion. Ini artinya, entah Banyu Biru sebagai
Intelijen atau BIN yang menginginkan supaya public mengetahui bahwa Banyu Biru
dipecat dan bukan menjadi anggota intelijen BIN lagi. Lho apa maksud dan
tujuanya? 1001 maksud da tujuan BIN, karena di BIN inilah semua kepentingan Negara
di emban. Namanya juga Intelijen tentu membutuhkan strategi strategi yang rumit
untuk mencapai tujuannya menyelamatkan Negara. Seperti dalam film-fim spionase.
Keempat
teori Fenomena dan Nomena. Teori ini dikembangkan oleh filsuf beraliran moral/moralisme dari German Imanuel
Kant. Teori feneomena dan nomena ini menyebutkan, segala sesuatu (baik benda
maupun, system, peristiwa, kejadian dll) mempunyai fenomena dan nomenanya.
Fenomena atau penampakan (hehehe bukan penampakan dari dunia lain lho ya….)
adalah sebagai sesuatu yang nampak disematkan untuk yang nampak oleh mata kita (kasat mata). Sedangkan Nomena
adalah esensinya atau intinya, atau hakekat sebenarnya. Agak rumit ya belajar filsafat. Langsung saja
kita ke contoh. Tiba-tiba saja ada gedung yang baru dibangun dan selesai 2
minggu lalu sekarang ambruk berantakan.
Fenomenanya
atau penampakanya/yang kasat mata adalah : gedung itu ambruk berantakan.
Fenomena ini sangat bisa dilihat orag awam/orang pada umumnya.
Nomenanya
(yang masih harus diteliti kemudian) adalah : Karena konstruksi bangunan yang
salah, atau perbandingan bahan yang dikorupsi dll. Nomena ini biasanya tidak
bisa diketahui oleh orang awam.
Nah
bagaimana dengan peristiwa Banyu biru? Maka :
Fenomenanya
adalah : banyu biru mengunggah SK pengangkatan sebagai Intelijen BIN yang
mengakibatkan dipecat. (Semua orang sangat tahu akan hal ini)
Nomenanya
adalah : Banyu Biru sendiri dan atau BIN yang tahu?. Masalahnya BIN dan segala
macamnya harus dirahasiakan . Jadi jangan harap masyarakat awam tahu.
Kalau
anda jeli dan suka film2 Spionase silahkan meramban atau merayap di dunia maya
untuk mengetahui nomenanya peristiwa ini. selamat merayap…
Salam
(Agung Kurniawan Muhammad – Cak Motivator Indonesia –
Konsultan HRD)