Mirna – (Jessica tersangka) dalam Kriminalitas dan Filsafat
*Mirna
– (Jessica tersangka) dalam Kriminalitas dan Filsafat*. Akhirnya Kepolisian
menetapkan Jessica sebagai tersangka kasus meninggalnya Wayan Mirna sesudah
minum kopi Vietnam yang mengandung racun mematikan Sianida. Dalam postingan
kali ini cak motivator Indonesia akan membedah kasus meninggalnya wayan
mirna dan tersangka Jessica melalui sudut pandang kriminalitas dan juga dari
sisi filsafat.
Dengan
ditetapkannya Jessica sebagai tersangka, maka ini menjadi data tertulis baru
lagi untuk anda yang punya sudut pandang dengan topi putihnya Edward D Bono,
seperti dalam tulisan saya sebelumnya , Mirna –Jessica (dalam pandangan 6 thinking hats Edward D Bono).
Meski demikian, status tersangka ini bukan berarti memang benar Jessica pelakunya.
Karena prosesnya masih panjang, masih ada proses pengadilan yang akan
menentukan apakah memang Jessica pelakunya atau bukan. Jadi masyarakat harus
bersabar dulu untuk terus mengikuti prosesnya.
Baiklah,
kita mulai pembahasan tentang kasus ini da kita bedah dari sudut pandang criminal.
Terlepas dari siapapun pembunuhnya, apakah Jessica atau bukan. Dan juga
terlepas, apakah ini termasuk kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) atau
bukan. Yang pasti setiap kasus pembunuhan akan mendapatkan perhatian yang luar
biasa. Baik dari masyarakat sendiri maupun dari para punggawa penegak keadilan
di negeri ini (polisi, kejaksaan, dll). Dengan perhatian yang luar biasa ini,
maka hal yang wajar kalau setiap kasus pembunuhan hampir dipastikan terungkap.
Kalaupun belum terungkap, maka itu bukan berarti kasusnya berhenti. Yang
terjadi, adalah masih terus berlangsungnya pengumpulan data dan informasi yang
belum tentu dipublikasikan. Sehingga masyarakat tidak mengetahui
perkembanganya. Dus, ini catatan untuk masyarakat supaya berhati-hati dan
menjauhi criminal-criminal yang berbau pembunuhan. Karena efeknya sangat luar
biasa. Pendek kata, akan diusut terus.
Mengapa
muncul perhatian yang sangat luar biasa? Karena pembunuhan terhadap manusia meskipun 1 orang saja, maka
sama halnya dengan membunuh semua manusia. Karena pada hakikatnya manusia itu
satu. Dan ketika terjadi kasus pembunuhan, maka yang terlukai adalah hakikat
kemanusian itu sendiri. Dan setiap manusia, mesti memiliki rasa kemanusian.
Sehingga semua manusia, baik itu masyarakat biasa ataupun polisi, pak hakim,
jaksa semuanya merasa terlukai. Saya jadi teringat gurauan anak-anak sekarang.
Seperti ini gurauan filsafatnya dengan menggunakan premis-premis sbb :
Si A yang cantik itu sekarang sudah
menjadi pacar orang.
Kita adalah orang.
Maka si A itu pacar kita juga, Khan
kita adalah orang he he he
Setiap
kejadian atau peristiwa criminal pasti meninggalkan jejak. Ya kalimat ini juga
harus dipahami dan dimengerti masyarakat,
bahwa setiap tindakan criminal yang dilakukan oleh siapapun, pasti aka nada jejaknya.
Tidak mungkin tidak. Misalkan seorang pembunuh, akan meningalkan jejak berupa
sidik jari, darah. Atau jejak berupa harta benda lainya, baik milik korban
maupun milik pelaku. Nah… dari jejak inilah polisi akan melakukan pengolahan
data dan olah Tempat Kejadian Perkara (olah TKP) untuk mencari siapa pelaku
tindak criminal. Nah.. bagaimana kalau pelakunya sangat professional dan bisa
menghilangkan/menghapus jejak?. Jawabnya, “perilaku menghapus jejak” adalah
juga termasuk jejak itu sendiri, sehingga bisa proses penghapusan jejak yang
dilakukan oleh pelaku bisa dijadikan acuan untuk penyelidikan polisi. Karena
pada dasarnya, semua perilaku kita, apakah perilaku baik atau perilaku
buruk/jahat, criminal atau bukan, pasti akan meninggalkan jejak. Jadi ini, juga
pelajaran buat kita semua untuk berhati hati dalam bertindak. Pasti ada jejaknya
yang bisa ditelusuri.
Dari
posting cak motivator indonesia kali ini, bisa kita pelajari harus seperti apa kita
bersikap dalam menyelesaikan masalah supaya terhindar dari permasalahan
criminal dan mengutamakan penyelesaian damai.
Salam….
(Agung
Kurniawan Muhammad - Cak Motivator
Indonesia – Konsultan HRD)