Gerhana Matahari Total, antara Mitos, Sosial Budaya, Science



Gerhana Matahari Total, antara Mitos, Sosial Budaya, Science. Besok tanggal 9 Maret 2016 di beberapa wilayah/provinsi di Indonesia akan terjadi gerhana Matahari Total. Gerhana Matahari Total ini terjadi ketika Matahari – Bulan – Bumi (tempat kita berdiam) berada pada garis lurus di garis edar masing-masing. Jadi Sinar Matahari yang mengarah ke Bumi terhalang oleh bulan. Inilah yang dimaksud Gerhana Matahari ditinjau dari sisi science atau ilmu pengetahuan khususnya Astronomi.

Bagimana dengan pandangan sosial budaya terhadap terjadinya gerhana (baik bulan maupun matahari?). Perkembangan social budaya masyarakat kita dalam mengartikan sebuah gerhana memang terus berkembang dari waktu – ke waktu. Dulu, setiap ada gerhana masyarakat kita menyambutnya dengan mengambil sikap kebijaksaaan lokal. Semisal bagi mereka yang beragama menyambutnya dengan ritual agama (warga muslim mengambil sikap dengan melaksanakan sholat gerhana). Di beberapa tempat yang masih sangat menjunjung tinggi nilai tradisional ada yang mengambil sikap dengan memukul lesung (alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu untuk mengelupas kulit padi). Jadi ibu-ibu (biasanya sekitar 10 orang) memukul lesung beramai-ramai dengan alunan nada yang sedemikian rupa sehingga enak didengar. Kemudian ada juga yang mengambil sikap dengan mengangkat anak kecilnya untuk bergelantungan di ruas belandar rumah, katanya supaya menjadi lebih tinggi. Ada juga yang mengambil sikap, memukul pohon buah-buahan miliknya dengan batal atau guling supaya pohonnya berbuah lebat dll.

Sosial budaya ini, juga sangat dipengaruhi oleh sikap media dan penguasa atau pemerintah. Seperti yang pernah dialami Cak Motivator Indonesia semasa kecil. Dulu di tahun 1983 waktu terjadi gerhana Matahari Total sosial budaya masyarakat kita terpengaruh. Padahal kalau dibandingkan dengan sekarang ini, jumlah media sangat jauh lebih banyak sekarang dibandingkan dulu. Waktu itu TV hanya ada 1 yaitu TVRI saja. Tapi, sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui TVRI dan RRI begitu gencar. Edukasi masyarakat tentang bagaimana cara aman menyaksika gerhana Matahari total saat itu juga sangat gencar. Yang intinya, masyarakat lebih aman menyaksika melalui siaran langsung media TVRI. Begitu juga pengamanan yang dilakukan oleh pihak TNI dan Polri juga sangat ketat. Sehingga waktu terjadi gerhana, semua aktivitas masyarakat di Jawa boleh dikatakan hanya di dalam rumah. Jalan jalan pasti sepi dan lengang. Hanya ada petugas keamanan TNI dan Polri. Tapi sekarang, sangat berbeda. Justru banyak pengusaha hiburan yang memanfaatkan untuk mengeruk untung melalui bisnis hiburan, pesta dll.

Mitos. Kalau kita bicara mitos, maka gerhana matahari atau gerhana bulan merupakan gambaran Batara Kala yang sedang memakan bulan atau matahari, sehingga bulan atau matahari itu hilang dari pandangan mata. Nah karena matahari dan bulan itu sesuatu yang penting bagi kehidupan masyarakat di bumi, maka harus secepatnya matahari dan bulan itu di kembalika pada posisinya. Nah… bagaimana cara mengembalikan bulan atau matahri yang sedang dimakan batara kala?. Caranya, dengan membuat tetabuhan atau bunyi-bunyian yang harmonisdan enak di dengar sehingga membuat batara kala menari nari sehingga lupa, kalau sedang memakan bulan atau matahari. Karena lupa, maka bulan dan matahri yang ditelan tadi dimuntahkan lagi. He he he menarik ya mitosnya. Namanya juga Mitos.

Itulah sekelumit postingan tentang Gerhana matahari,

(Agung Kurniawa Muhammad – Cak Motivator Indonesia – Konsultan SDM/HRD)     

Popular posts from this blog

Cara memimpin Briefing Pagi dan sore di kantor.

Formal Public Speaking, Non Formal Public Speaking (Ayo belajar Public Speaking Episode 4)

Regenerasi Karyawan dalam Perusahaan.