Uber, Grab, Gojek, taksi konvensional sampai Air Asia penerbangan berbasis tariff murah.
Uber, Grab, Gojek, taksi konvensional sampai
Air Asia penerbangan berbasis tarif murah, merupakan perkembangan industri
jasa transportasi yang merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari.
Kekisruhan yang terjadi antara operator atau provider jasa transportasipun
tidak bisa dihindari. Tapi yang sangat disayangkan, kekisruhan ini justru
membawa korban para pelaksana di lapangan. Antara sopir taksi konvensional
dengan driver berbasis aplikasi. Sangat bisa dilihat, bahwa pada dasarnya ini
merupakan rebutan lahan rezeki. Para provider
jasa transportasi konvensional merasa ladang rezekinya diambil secara sepihak
oleh para provider jasa transportasi berbasis aplikasi.
Secara faktual
memang para provider/penyedia jasa transportasi berbasis aplikasi menjadi daya
tarik tersendiri untuk para konsumen. Sehingga, banyak juga para pelanggan jasa
transportasi konvensional beralih ke jasa transportasi berbasis aplikasi. Hal
ini sebenarnya sangat wajar, karena provider jasa transportasi berbasis
aplikasi memiliki banyak kelebihan dibandingkan yang konvensional. Ini
dikarenakan, provider jasa transportasi berbasis aplikasi bisa melakukan
efisiensi yang tepat.
Tony Fernandez (founder Air Asia ) :
“ Bisnis yang bisa bertahan/exist di masa
depan adalah bisnis yang bisa melakukan efisiensi”.
Beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh provider jasa transportasi berbasis aplikasi
antara lain :
Pertama, bisa melakukan efisiensi
investasi. Semua armada yang dipakai aadalah hak milik pribadi masing masing
driver. Jadi perusahaan tidak perlu melakukan investasi pembelian Armada.
Bayangkan berapa banyak dana investasi yang bisa dihemat??????
Kedua, meski menggunakan kendaraan
pribadi para driver, tetap dilakukan seleksi terhadap kendaraan yang akan
dipakai, sehingga memberikan kenyamanan seperti layaknya menaiki kendaraan
pribadi yang nyaman.
Ketiga, para driver ini adalah mereka
yang ingin mendapatkan penghasilan sampingan. Sehingga dalam hal mengemudikan
kendaraan tidak dikejar-kejar setoran. Ini berpengaruh terhadap cara mereka
mengemudi yang menjadi lebih nyaman.
Belajar dari Sejarah Air Asia .
Terlepas dari
itu semua, ada 1 benang merah yang bisa kita cermati dari permasalahan ini.
Seperti yang disampaikan Tony Fernandez pada waktu membangkitkan Air Asia bahwa
“Bisnis yang bisa bertahan/exist di masa
depan adalah bisnis yang bisa melakukan efisiensi”. Premis ini juga bisa
berarti, bahwa bisnis yang dibesarkan denga cara konglomerasi tanpa melakukan
upaya efisiensi, akan gulung tikar. Lihat saja di awal Tonny membangkitkan Air Asia …. Dia berhasil melakukan upaya efisiensi yang
signifikan sehingga bisa menghasilkan penerbangan murah yang pada akhirnya
menciptakan konsumen baru dunia penerbangan (marketing samudera biru). Sungguh
efisiensi yang luar biasa dan menjadi pioneer penerbangan murah lainnya di Asia tenggara. Sementara di sisi lainya masih dalam
bisnis penerbangan, ternyata banyak juga maskapai penerbangan yang harus tutup
usia karena tidak bisa melakukan efisiensi.
Nampaknya apa
yang disampaikan Tony Fernandez sudah mulai terlihat dan terjadi lagi. Hal
inilah yang dilakukan oleh provider jasa transportasi yang bisa melakukan
efisiensi yang cukup signifikan. Sehingga dalam waktu sekejap, provider jasa
transportasi berbasis aplikasi ini berhasil melipatgandakan pelanggan dan
mengalihkan pelanggan dari jasa transportasi konvensional ke berbasis aplikasi.
Karena itu, ini
merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi semua pengusaha dalam bidang
apapun, supaya segera berbenah diri melakukan efisiensi yang akurat. Karena
kalau tidak, maka akan ada bisnis baru yang sejenis yang lebih efisiensi siap
melibas bisnis kita.
Paling tidak,
hari ini kita bisa belajar dari 2 industri bisnis baru (Air Asia dan
Transportasi Berbasis Aplikasi) yang sangat efisien luar biasa, dan hasilnya
sangat mencengangkan, karena tidak saja mereka bisa exist tapi juga melibas
bisnis lain yang sudah sejak awal hadir.
Sudah siapkah
bisnis anda melakukan efisiensi??? Atau siap dilibas new arrival????
Salam
(Agung Kurniawan
Muhammad – Cak Motivator Indonesia
– Konsultan SDM/HRD)