Menjaga Kualitas dengan Quality Control.
Menjaga
kualitas dengan Quality Control. Beberapa hari yang lalu saya memesan kartu
ucapan syukuran. Saya berharap, bahwa kartu yang saya terima adalah kartu yang
sesuai dengan pesanan saya, baik kualitas kertas, warna, dan juga cetakan huruf
demi huruf dan kata demi kata juga persis yang saya pesan. Akhirnya sampailah
pada hari H yang disepakati kartu ucapan saya selesai dan saya terima. Alangkah
kagetnya saya, karena ternyata ada beberapa huruf yang salah sehingga membuat
kata yang tercetak juga salah. Saya yang pernah menjadi HRD di perusahaan
design grafis, merasakan hal yang campur baur. Ya biasa (ga kaget, yang heran,
ya ketawa dll). Karena itu, postingan
kali ini Cak Motivator Indonesia akan
membahas tentang Kualitas dan Quality Control.
Saya
merasa biasa saja melihat kesalahan itu, karena dulu waktu saya masih di HRD
perusahaan Design Grafis, kesalahan kata-kata atau huruf ini sangat sering kita
jumpai, meskipun dari sisi HRD saya sulit menerima kesalahan semacam ini.
Selidik punya selidik, ternyata di waktu mendesign kata-kata sebenarnya kata
kata ini sudah benar (tidak ada yang salah). Tetapi, begitu dimasukan ke
software cetak biasanya ada beberapa huruf, bentuk huruf, ukuran huruf menjadi
berubah. Ini baru diketahui sesudah HRD langsung meneliti tahap demi tahap
proses design sampai dengan cetak. Karena itu, langsung dibuatkan system check
terakhir sebelum dicetak masal. Jadi sebelum dicetak masal, harus ada 1 orang
yang melakukan pengecekan langsung di depan cetakan ketika 1 lembar contoh
dicetak. Kalau sudah benar, baru di ACC untuk cetak masal. Ini satu contoh,
bagaimana kita harus mengawal produk dari awal proses sampai akhir, supaya
qualitasnya benar benar terjamin.
Saya
heran, karena hal semacam ini(kesalahan cetak huruf) mestinya tidak terjadi.
Apalagi kalau proses produksi mulai dari design grafis, cetak/printing
ditangani satu orang saja dengan peralatan 1 unit Personal Computer dan 1 unit
printer. Khan sangat mudah sekali controlnya. Wong dia yang design, dia juga
yang ngeprint. Tinggal diprint satu kali, langsung dicontrol hasilnya (kalimat,
kata, huruf, ukuran, warna dll). Kalau ada yang tidak sesuai, maka langsung
dilakukan revisi. Finish. Makanya saya ketawa, koq masih bisa salah he he he.
Ini
belum di satu proses yang melibatkan banyak pihak dan banyak divisi. Wahhh
lebih rumit. Sebagai contoh, di perusahaan packaging yang saya tangani, untuk
menjaga kualitas product, maka melibatkan semu divisi dan dalam pengawasan
divisi Design and Quality Control. Jadi prosesnya seperti ini :
Pertama.
Divisi Design and Quality control membuat design product yang presisi baik
ukuran dan juga bentuknya.
Kedua.
Membuat contoh product packaging dari design yang dibuat di point pertama di
atas. Dalam membuat contoh ini melibatkan divisi produksi (mulai dari bagian
potong kertas, pengeleman bahan, dan finishing).
Ketiga.
Jika contoh sudah jadi, maka ditunjukan kepada customer yang memesan packaging
tersebut sampai customer setuju dengan design kita. Kalau tidak setuju, maka
harus ada revisi design. Kalau customer sudah setuju, maka langkah berikutnya
adalah langkah keempat.
Keempat,
memproduksi masal bahan (potong bahan baku, kertas dll). Di proses potong
kertas ini, setiap saat (15 menit sekali harus ada pengawasan, supaya potongan
bahan atau kertas tetap presisi).
Kelima.
Pengeleman bahan baku packaging dari kelanjutan dari proses potong kertas. Sebelum
pengeleman masal dilakukan, maka Divisi Design and Quality control harus
menunjukan bagaimana cara melakukan pengeleman kertas yang tepat supaya semua
sudut packaging presisi. Sesudah itu, Divisi Design and Quality control juga
harus melakukan pengecekan setiap saat diproses pengeleman ini.
Keenam.
Sesudah pengeleman bahan baku selesai, maka langkah selanjutnya Divisi Design
and Quality Control harus menunjukan bagaimana mana cara merakit/asembling
bahan-bahan kertas dengan benar pada divisi finishing. Selama proses finishing/assembling,
Divisi Design and Quality control juga harus mengawasi/melakukan control.
Meski
demikian, masalah kualitas produk tidak bisa diserahkan pada Divisi Quality
Control. Integritas semua karyawan dalam semua proses produksi juga menjadi
penting. Kalau semua karyawan memiliki integritas yang tinggi dan semangat
tinggi untuk menghasilkan product terbaik, maka proses untuk menghasilkan
product dengan high quality juga bisa berjalan lancar.
Demikian
sedikit pengalaman Cak Motivator Indonesia tentang Quality Control.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Salam….
(Agung
Kurniawan Muhammad – Cak Motivator Indonesia – Konsultan HRDSDM)