Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu
Anjing
menggonggong kafilah berlalu. Itulah peribahasa yang sering kita dengar. Dan kalau
kita lihat artinya dalam kamus peribahasa, pepatah atau peribahasa anjing
menggonggong kafilah berlalu itu artinya “membiarkan orang lain berbicara,
mencemooh, mempergunjingkan seseorang, tetapi jangan dihiraukan”. Bisa juga
berarti “meskipun banyak halangan, rintangan yang menghadang, rencana tetap
berjalan”. Atau bahasa kerenya “.. but Show Must go on”. Bukan tanpa sebab CakMotivator Indonesia menurunkan tulisan ini. Saya menurunkan tulisa ini, karena
beberapa punggawa perusahaan klien saya, sempat menyampaikan laporan lisan ke
saya sebagian diantara mereka mendapatkan cemooh, dijadikan bahan olo-olokan
atau dipergunjingkan oleh karyawan yang lain. Macam-macam bahan gunjingannya,
ada yang mengatakan “kacung baru”, “mandor baru”. Paling tidak ada 2 punggawa
saya yang sedang digonggongngi anjing (he he he kalau saya pakai peribahasa di
atas, khan artinya dua orang punggawa saya adalah kafilahnya, dan yang
mempergunjingkan, mengolok-olok adalah ……).
Teman-teman
yang superrrrr (jadi seperti Mario teguh he he he). Maksud saya begini. Di dalam
hidup social bermasyarakat atau berorganisasi khususnya di dalam perusahaan
tidak lepas dari kejadian-kejadian yang semacam itu. Bahkan cak motivator Indonesia
dulu, sebelum menjadi seperti sekarang ini, juga sangat sering digonggongngi he
he he. Tapi, karena sifat dasar cak motivator Indonesia yang memang cuek kalau
ada di jalan yang benar, ya menter aja. Baiklah kita lanjutkan lagi
pembahasanya. Kita lihat dulu penyebabnya, kemudian, antisipasinya, terus sikap
yang harus kita ambil, dan strategi merangkul.
Penyebab.
Penyebab
munculnya peristiwa “anjing menggonggong kafilah berlalu” karena adanya satu
orang atau satu kelompok orang yang secara kualitas dan kedudukan menjadi lebih
baik dari sebagian orang atau kelompok di sekitarnya. Kualitas dan kedudukan
yang lebih baik ini, bisa ditunjukan dalam bentuk pengangkatan seseorang di
posisi lebih atas dari yang lainnya, atau mendapat kepercayaan yang lebih besar
dari sebelumnya. Karena kualitas dari seseorang atau kelompok ini menjadi lebih
baik, maka pasti ada gap atau perbedaan kedudukan yang dirasakan oleh mereka. Singkat
kata, kalau seseorang atau kelompok mendapat suatu kemajuan, maka yang lain
akan merasa tertinggal. Nah mereka yang merasa tertinggal ini akan menjadi dua
kelompok lagi. Yang kelompok pertama menerima dengan legowo dan akan mengejar
ketertinggalan dengan cara cara yang positif (ini yang dinamakan introspeksi/evaluasi
diri). Dan kelompok yang lain yang tidak bisa menerima kenyataan dan merasa iri
hati, jengkel, dan inilah yang akan menggonggong (maklum, karena kafila akan
bergerak ke depan). Kejadia semacam ini, tidak hanya di perusahaan, tapi juga
di kehidupan bermasyarakat dan social lainnya.
Antisipasi
Sekarang,
cara mengantisipasinya. Secara umum hal semacam ini akan terjadi manakalah
dalam kehidupan organisasi, komunitas ada yang membentuk kelompok-kelompok atau
koloni koloni yang nonformal. Namanya saja kelompok nonformal, tentu saja tidak
ada organisasinya. Contoh, dalam satu lantai produksi ternyata ada sebagian
besar dari kota A, dan sebagian besar lainya dari kota B dan sebagian kecil
kota C. Nah, kalau sampai mereka ini mengelompokan diri secara exklusif dalam
ikatan asal daerah, maka ini bisa memunculkan peristiwa dalam peribahasa tadi.
Karena itu, perlu dimanage supaya tidak muncul kelompok kelompok eksklusif
dalam satu lantai produksi ini. Dibuatlah kegiatan-kegiatan yang bisa
menyamakan mereka dalam satu persepsi visi dan misi organisasi. Kegiatan yang
memunculkan sifat kebersamaan dan kekitaan atau altruisme. Secara individual,
kalau tidak ingin digonggongi, maka kita harus melebur dengan semua entitas
yang ada dalam kelompok yang di sekitar kita. Sehingga kalau kita mendapat
kesempatan maju, maka semua entitas yang ada juga mendukung kita.
Respon.
Meskipun,
kita sudah melakukan antisipasi dengan sangat baik, kadangkala tetap saja kita
jadi bahan pergunjingan, olok-olok dll. Nah, bagaimana sikap kita kalau sudah
terjadi seperti ini. Maka respon yang baik adalah tidak meresponya dengan cara
yang reaktif. Jadi, jangan menanggapi langsung, jangan melabrak he he he
apalagi sampai berantem. Yang kita perlu lakukan, biarkan saja nanti pada
saatnya juga diam. Khan kita terus bergerak. Bahkan beberapa pengalaman
menunjukan orang yang sangat bijak dengan menjadikan omongan mereka sebagai
bahan introspeksi diri, evaluasi dan perenungan untuk menjadi lebih baik dan
lebih maju lagi. Mereka juga menganggap setiap omongan itu sebagai kritik untuk
membangun diri.
Strategi
merangkul.
Mungkin
agak aneh ya… masak kita merangkul orang yang mencemooh dan mempergunjingkan
kita?. Ini memang strategi tingkat tinggi, butuh hati yang benar-benar siap.
Tapi coba bayangkan, kalau anda bisa merangkul orang-orang yang memusuhi anda,
berarti anda punya massa yang sangat banyak (dari dua kubu, yang mendukung dan
mencemooh anda). Dus ini sekaligus kesempatan anda untuk menaikan level
kualitas anda dalam waktu yang singkat. Silahkan anda mencoba strategi ini,
dengan mempersiapkan kondisi hati anda terlebih dahulu. Cak Motivator Indonesia
mengucapkan “selamat mencoba, semoga menjadi individu yang berkualitas tinggi”
aamiin aamiin aamiin.
Salam
(Agung
Kurniawan Muhammad – Cak Motivator Indonesia
- Konsultan HRD)